Rabu, 25 Mei 2011

WARA SRIKANDI PRAJURIT WANITA INKARNASI DEWI AMBA YANG MAMPU MENGALAHKAN BISMA

Tersebutlah dewi Amba yang ditolak cintanya baik oleh prabu Salva maupun oleh Bisma menjadi hancur hatinya. Apalagi setelah mendengar anjuran Resi Ramaparasu, malahan makin menjadi tambah bingung, jengkel, bercampur sedih, malu dan benci penuh dendam, akhirnya frustasi dan putus asa. Benar-benar remuk redamlah rasa hati seorang yang tak terbalas cintanya. Ia duduk-duduk di pinggir sungai Jamuna sambil melamun merenungi nasib sialnya.


Setelah ia mawas diri, maka akhirnya sampailah pada satu pilihan dan putusannya yang mantap, yaitubertekad untuk membunuh Bisma. Dewi Amba segera bersemadi memohon kepada Sang Maha Batara Agung untuk memberi kesaktian agar ia mampu membunuh atau paling tidak harus dapat membuat malu Bisma.

Ternyata permintaannya dikabulkan oleh Dewata Agung. Ia mendapat bisikan, bahwa kelak hidup tumimbalnya (inkarnasinya) akan mampu mengalahkan dan membunuh Bisma. Siapakah inkarnasinya? Tidak lain adalah Wara Srikandi putri prabu Drupada dari negeri Pancalaradya. Mendengar suara gaib itu,” ia tak puas dan tidak sabar. Terlalu lama menunggu saat dimulainya Baratayuda. Karena itu setelah pikir-pikir tidak ada jalan lain baginya kecuali bunuh diri saja, agar lekas mengalami hidup tumimbalnya. Dewi Amba segera memasang api unggun di lembah. Setelah api unggun menyala, kemudian ia naik ke puncak menara dan terjun bebas ke dalam lautan api, tamatlah riwayatnya, sedang sukmanya mengembara mencari Wara Srikandi.

Bersamaan dengan peristiwa itu di negeri Pancalaradya prabu Drupada habis dibuat malu dan dihina oleh Dahyang Resi Durna, benar-benar sakit hatinya. Dendam bercampur malu telah meradang dalam hatinya. Ia pikir tak ada jalan lain kecuali ia harus dapat membalas dendam, setidak-tidaknya harus dapat membuat malu juga, bahkan kalau mungkin harus dapat membunuh resi Durna secepatnya.

Cara dan jalannya agak berbeda dengan jalan yang ditempuh oleh dewi Amba. Ia minta tolong kepada dua pendeta bernama resi Yodya dan resi Upayodya untuk membuat upacara saji-sajian untuk memohon kepada dewa agar dianugerahi seorang putra yang sakti sehingga kelak dapat mengalahkan resi Durna. Upacara keagamaan tersebut lengkap dengan sesajiannya segera dimulai. Setelah upacara tersebut telah berjalan beberapa lama, wadah tempat bunga yang dipergunakan upacara itu tiba-tiba berisi seorang bayi yang cantik mungil dan sudah dilengkapi dengan pakaian perang, bahkan di tangannya telah memegang busur beserta anak panahnya. Ia segera diangkat oleh sang raja, kemudian diberi nama Wara Srikandi. Memang benar kelak ia akan menjadi seorang prajurit wanita yang tangguh, mungkin kalau sekarang kira-kira “Wara” (prajurit wanita). Pada saat itulah sukma dewi Amba manitis dalam tubuh Wara Srikandi.

Sedangkan api sesajinya berubah menjadi seorang bayi laki-laki yang tampan juga telah dilengkapi dengan busana keprajuritan dan senjata di tangannya. Iapun diangkat menjadi putranya dan diberi nama Drestajumena. Pada saat itu pulalah jiwa prabu Palgunadi yang telah tewas dibunuh oleh Durna, manitis ke dalam tubuhnya. Dan memang kelak Drestajumena-lah yang berhasil membunuh resi Durna dalam peperangan Baratayuda. Sedangkan Wara Srikandi titisan dewi Amba inilah yang mampmengalahkan dan membunuh resi Bisma.

Teladan apakah yang dapat dipetik dari cerita ini? Amba dan Bisma telah mengingatkan kepada manusia, bahwa hidup itu ternyata hanya akan selalu dihadapkan pada suatu pilihan, memilih “itu” atau “ini”, sedang kalau tidak memilih berarti “sudah memilih” juga.

“Sejak semula saya menyaksikan, bahwa ada dua kemungkinan (dalam hidup) seorang hanya bisa melakukan “ini” dan “itu”.

Nah demikianlah bahwa ajaran dalam wayang menganjurkan kepada manusia, bahwa orang harus lebih dahulu menetapkan pilihan bagi dirinya yaitu “Siapa aku, ingin jadi apa”, barulah manusia bertindak yang sesuai dengan pilihannya. Tanpa pilihan yang sesuai, tanpa putusan dan pilihan yang tegas dan mantap, manusia akan terombang-ambing. Manusia yang tak mampu menetapkan pilihan, yang dianggapnya tepat dan baik bagi dirinya, berarti bahwa manusia tersebut tidak menghayati dan menjalani eksistensinya. Hanya manusia yang tegas dan mampu menetapkan pilihannya yang bermakna bagi hidupnya.

Dewi Amba diliputi oleh kebingungan, kebimbangan, keragu-raguan. Sedang resi Bisma tetap tegas dan konsekuen atas putusan dan pilihannya.
  

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar

web referer



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
free counters