Rabu, 22 Juni 2011

ABU NAWAS MENJADI RAJA SESAAT SAJA

Sekali peristiwa, tatkala dilihat oleh Sultan Harunurrasyid hanya Abu Nawas seorang yang tiada hadir menghadap baginda, maka sabda baginda kepada hambanya, “Hai, hambaku, panggil olehmu Abu Nawas sekarang ini juga!”

Setelah sujud ke hadirat baginda, berjalanlah hamba itu ke rumah Abu Nawas. Kebetulan Abu Nawas ada di rumahnya, sedang duduk mengaji Quran. Kata hamba raja itu kepadanya, “Hai, Abu Nawas, Tuan hamba dipanggil oleh duli Yang Dipertuan ke istana.”

Jawab Abu Nawas, “Apa maksud baginda maka baginda menyuruh engkau memanggil aku ini?” Kata hamba raja itu pula, “Wallahu alam, hamba tiada tahu, melainkan hamba disuruh memanggil Tuan hamba ini sekarang juga, karena duli Syah Alam lama sudah menantikan Tuan hamba.”

Kata Abu nawas, “Baiklah,” dan ia pun berjalan dengan segera diiringkan oleh hamba raja itu ke istana. Setelah datang, lalu ia duduk menyembah. Maka sabda baginda, “Hai, Abu Nawas, mengapa engkau tiada datang menghadap kepadaku?”

Sembah Abu Nawas, “Ampun beribu-ribu ampun, karena patik lagi banyak pekerjaan, ya, Tuanku Syah Alam.”

Kata raja pula, “Aku hendak mengetahui; hari ini Allah taala apakah kerjanya, bintang di langit berapa banyaknya dan lagi di mana pertengahan bumi ini?”

Sembah Abu Nawas, “Mohon ampun ke bawah duli Syah Alam! Insya Allah, sedapat-dapatnya patik beri jawabnya. Akan tetapi lebih dahulu patik mempunyai permintaan ke bawah duli Syah Alam. Jikalau Tuanku bertanyakan hal itu, padahal tiada boleh patik jawab pada sembarang tempat, maka jika duli Syah Alam berkenan, mohon baginda turun dari atas takhta kerajaan itu barang sesaat saja dan nanti patik duduk pada tempat Tuanku itu.

Syahdan baginda pun turunlah dari atas singgasananya, lalu digantikan oleh Abu Nawas. Kemudian sabda baginda kepada Abu Nawas itu, “Hai, Abu Nawas, sekarang jawablah pertanyaanku tadi!”

Sembah Abu Nawas, “Adapun pada hari ini, pada waktu ini dan sekarang ini, inilah pekerjaan Allah taala, yaitu menurunkan baginda dari kerajaannya dan menaikkan patik yang hina papa ini ke tempat Syah Alam. Dan jikalau Tuanku hendak tahu banyaknya bintang di langit, baiklah patik terangkan.” Sambil berkata, lalu diambilnya sehelai kulit kambing. “Tuanku, hitunglah bulu kulit kambing ini!” katanya. “Kalau berbeda banyaknya dengan bintang di langit itu, boleh Syah Alam bunuh patik.”

Sabda baginda, “Siapakah yang mampu menghitung bulu kambing itu?”
Jawab Abu Nawas, “Bintang di langit itu pun demikian juga, Tuanku. Siapakah yang dapat menghitungnya, melainkan Allah jua yang tahu akan banyaknya itu.”

Sabda raja pula, “Aku ingin tahu dimana letak pertengahan dunia ini? Jawablah lekas!”

Sembah Abu Nawas pula, “Baiklah, Tuanku Syah Alam.” Maka diambilnya sebatang tombak dari tangan pengawal, lalu dicocokkannya di hadapan raja, seraya sembahnya, “Inilah Tuanku, pertengahan dunia itu, tiada salah barang sedikit pun. Jikalau Syah Alam tiada percaya, boleh Tuanku suruh rakyat mengukur panjangnya ke barat dan ke timur.”

Sabda Sultan Harunurrasyid, “Siapa pula yang bisa mengukurnya?”
“Sebab itulah maka patik tunjukkan kepada Syah Alam pertengahan dunia itu; inilah dia.”

Demi sultan mendengar perkataan Abu Nawas itu, bertambah heranlah baginda memikirkan kebijaksanaannya. Setelah itu maka sekalian orang yang menghadap itu pun masing-masing pulang ke rumahnya.

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar

web referer



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
free counters