Senin, 13 Juni 2011

ABU NAWAS SAKIT HENDAK BERSALIN

Maka tersebutlah Abu Nawas selama sultan melarangnya masuk ke dalam istana. Kira-kira telah tujuh bulan lamanya ia tiada masuk menghadap sultan dan sunyilah balairung baginda itu. Maka baginda pun masygullah di dalam istananya.

“Siapa tahu, entah apalah diperbuat oleh Abu Nawas atas aku ini, “katanya di dalam hatinya.

Pada suatu hari baginda pun menyuruh memanggil Abu Nawas. Maka pergilah orang itu ke rumah Abu Nawas itu. Didapatinya Abu Nawas sedang duduk. Kata orang itu kepadanya, “Ya, Tuan hamba! Adapun Tuan hamba ini dipanggil oleh Sultan Harunurrasyid.”
Setelah didengar oleh Abu Nawas kata pesuruh raja itu, maka katanya, “Pergilah engkau persembahkan ke bawah duli Yang Dipertuan, bahwa aku ini sakit hendak bersalin. Anakku belum lahir, karena masih menantikan bidan.”

Setelah itu orang itu pun kembalilah ke istana menghadap baginda, lalu dipersembahkannya segala perkataan Abu Nawas itu, katanya, “Ya, Tuanku, ia sakit hendak bersalin, tinggal menantikan bidannya saja. Bidannya itu belum datang.”

Demi Sultan Harunurrasyid mendengar perkataan yang demikian, maka baginda pun heran. :Ajaib, “ pikir baginda di dalam hatinya, “Barulah pada hari ini aku mendengar laki-laki konon hendak bersalin. Pada zaman dahulu kala, pada masa nenek moyangku belumlah aku pernah mendengar laki-laki beranak. Baru pada zaman ini Abu Nawas mengatakan dirinya hendak beranak!”

Oleh sebab itu sangatlah ingin hati baginda hendak menyaksikan hal itu. Syahdan sultan pun berangkat diiringkan orang-orang besar ke rumah Abu Nawas. Demi dilihat oleh Abu Nawas kedatangan baginda itu, berlari-larilah ia mendapatkan baginda, lalu ia menyembah pada kaki baginda, seraya katanya, “Ya, Tuanku Syah Alam, sudi juga rupanya Tuanku datang ke rumah patik yang miskin lagi daif ini.”

Baginda masuk ke dalam rumahnya itu. Oleh Abu Nawas didudukkanlah baginda pada tempat yang mulia, dan ia sendiri duduk dibawah menghadap sultan, seraya bertanya, “Ya, Tuanku Syah Alam! Apakah kehendak duli Syah Alam datang ke rumah patik ini, karena sekian lamanya Tuanku duduk di atas takhta kerajaan Syah Alam, belum pernah duli Yang Dipertuan berkunjung ke rumah patik ini?”

Maka titah Sultan Harunurrasyid kepadanya, “Adapun aku datang ini, karena tadi aku menyuruh biduanda memanggil engkau dengan segera. Ia pun pergilah kemari. Kemudian ia kembali, sambil membawa pesan dari engkau kepadaku, yaitu engkau konon mempersembahkan ke bawah duli Yang Dipertuan, bahwasanya engkau ini adalah sakit hendak bersalin, tinggal menantikan bidan saja lagi. Apabila habis bersalin, barulah engkau hendak datang menghadap daku. Pada zaman dahulu kala belum pernah aku mendengar dari nenek moyangku laki-laki hamil dan beranak. Sebab itulah maka aku datang ini kepadamu dan hendak tahu akan arti perkataanmu itu.”

Hatta Abu Nawas pun tersenyum.

Maka titah baginda, “Terangkan padaku apa arti perkataanmu itu! Siapakah yang hendak beranak dan siapakah bidannya itu?”

Demi didengar oleh Abu Nawas titah Sultan Harunurrasyid demikian itu, maka sembahnya, “Ya, Tuanku Syah Alam! Adapun arti yang bunting itu, adalah seorang raja yang sangat besar kerajaannya. Pada suatu hari raja itu mengeluarkan seorang-orang besarnya dari hadapan majelis istananya. Sudah lamalah, ada kira-kira empat lima bulan. Kemudian daripada itu entah apa sebabnya baginda itu menyuruh panggil orang besarnya itu kembali. Maka orang besar itu pun datang ke dalam istananya. Ya Tuanku, perempuan dengan laki-laki itu sama-sama melakukan suatu pekerjaan keduanya! Dengan demikian perempuan itu pun menjadi hamil, sehingga menjadikan orang ketakutan semuanya. Demikianlah adat kita ini. Dan lagi, apabila seorang raja sudah mengeluarkan perintah, tiadalah boleh diambilnya kembali perintah itu. Jikalau sekiranya diambilnya juga perintah itu, adalah ia seperti menjilat air liurnya, yang sudah diludahkannya. Itulah tanda orang yang penakut. Barangsiapa hendak melakukan sesuatu kehendaknya, terlebih utama baiklah berpikir habis-habis dahulu. Jika pada pertimbangan tak ada  suatu sangkut paut lagi, barulah dilakukan kehendak itu. Oleh sebab itu dikatakanlah laki-laki hendak bersalin. Adapun yang dikatakan bidannya itu ialah kedatangan Tuanku. Apabila Syah Alam datang ke rumah patik berarti patik sudah bersalin namanya. Artinya sudahlah hilang sakit, yaitu sudahlah hilang takut patik kepada Syah Alam ini. “

Maka titah Sultan Harunurrasyid kepada Abu Nawas, “Hai, Abu Nawas. Tatkala aku berkata kepadamu jangan lagi engkau datang ke dalam istana itu, bukannya dengan suka hatiku ini, melainkan dengan gurau jenaka juga. Pada esok hari, hai, Abu Nawas, datanglah engkau ke dalam istanaku, karena aku hendak bermain-main dan membukakan hatiku ini. Betul banyak menteri yang lain, tetapi tiadalah seperti engkau ini. Lagi pun berapa lamanya engkau tiada datang ke istanaku, maka selama itu pula hilanglah cahaya seri balairungku.”

“Segala titah patik junjung, Tuanku,“ sembah Abu Nawas dengan takzimnya. Sejurus kemudian berangkatlah baginda ke istana kembali dengan perasaan heran bercampur geli akan perbuatan Abu Nawas itu.

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar

web referer



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
free counters