Senin, 13 Juni 2011

MENTERI SULTAN HARUNURRASYID BERTELUR

Suatu hari Sultan Harunurrasyid menyuruh memanggil sepuluh orang menterinya. Setelah datang maka kata baginda kepada mereka itu, “Ada sebuah kolam di hadapan istanaku ini. Aku hendak mengetahui kepandaian Abu Nawas, karena ia sangat pandai melepaskan dirinya dari jerat. Sekarang engkau yang sepuluh orang ini kuberi seorang sebiji telur. Turunlah kelak ke dalam kolam itu, menyelam. Apabila engkau bangkit dari dalam kolam itu dan naik ke darat hendaklah engkau bawa telur ayam itu, sebiji seorang kepadaku ini!”

Setelah sudah berkata-kata demikian itu, baginda pun menyuruh memanggil Abu Nawas. Maka Abu Nawas datanglah menghadap raja, lalu baginda bertitah kepadanya, serta dengan orang yang sepuluh itu, “Adapun kamu sekalian ini baiklah turun ke dalam kolam itu, menyelam; dan apabila bangkit keluar dari menyelam itu, hendaklah engkau bawa telur ayam sebutir seorang. Barangsiapa tidak membawa telur itu, niscaya mendapat hukuman atas dirinya.”

Abu Nawas memandang kepada tiap-tiap menteri itu. Seorang pun tiada berubah air mukanya. Maka ia pun diam saja sambil berpikir-pikir, “Mencari telur di dalam air! Adakah ayam betina di dalam kolam itu?”

Syahdan hari pun malamlah. Keesokan harinya pagi-pagi benar, masing-masing turunlah ke dalam kolam itu. masing-masing memegang sebutir telur di tangannya; telur itu pun lalu dipersembahkan kepada Sultan Harunurrasyid dengan hormatnya. Hanya Abu Nawas yang belum bangkit juga. Ia mencari telur di dalam kolam itu, tetapi tiada didapatnya. Maka dikorek-koreknya dinding kolam itu, telur itu pun tiada juga diperolehnya. Tengah ia bekerja demikian dan berpikir, terdengarlah olehnya seorang berkata, “Inilah, Tuanku!” maka ia pun berkata di dalam hatinya seperti mencari akal, “Aku ini rupanya hendak dihukum oleh Sultan!” seketika itu juga ia pun minta doa kepada Allah subhanahu wata’ala, supaya boleh lepas nyawanya dari hal ini. Maka bangkitlah ia dari dalam kolam itu dan naik ke darat, lalu bertinggung, seraya berkokok-kokok di hadapan Sultan Harunurrasyid dengan nyaring.

Titah baginda kepadanya, “Hai, Abu Nawas, manatah perjanjian kita, engkau dengan aku dan orang-orang ini, yaitu apabila keluar dari dalam kolam itu, hendaklah membawa sebutir telur ayam? Sekalian orang ini ada membawa telur, hanya engkau seorang yang tiada! Sebab itu harus dihukum engkau ini.”

Sembah Abu Nawas, “Ya, Tuanku Syah Alam! Adapun yang membawa telur itu ayam betina, itulah persembahannya. Patik ini ayam jantan; dan berkokok. Yang membangkitkan zat anaknya, ayam jantan itulah. Lagi pula telur itu, sebagaimana adat ayam, tiada lain ayam jantan dengan ayam betinalah yang menjadikannya. Jikalau ayam betina tiada berjantan, dimanatah ia dapat bertelur?”

Demi didengar baginda jawab Abu Nawas yang tepat itu, baginda pun tiada berkata-kata lagi. Dan segala menteri itu pun menggaruk-garuk kepalanya kemalu-maluan.

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar

web referer



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
free counters